Wednesday, January 25, 2017

NITROGLISERIN

Nitrogliserin?? apaan tu?? obat kumur?? bukan, itu listerin!! o.o
nah biar ga salah konsumsi obat nitrogliserin, yuk disimak dan dibaca artikel saya dibawah ini :)
check it 

MENGENAL OBAT NITROGLISERIN


nitrogliserin
Struktur Nitrogliserin

       Nitroglycerin atau GlycerylTrinitrate merupakan sebuah vasodilator (pelebaran pembuluh darah) yang mudah menguap, yang dapat mengurangi angina pectoris dengan cara merangsang guanylate cyclase dan merendahkan kalsium sitosolik. Nitroglycerin digunakan untuk pengobatan angina pectoris dan hipertensi, untuk menghasilkan hipotensi yang terkontrol selama pembedahan dan untuk mengobati gagal jantung.

- Sifat Fisikokimia
Nitrogliserin berbentuk gas yang mudah meledak dan mudah terbakar, berwarna putih atau kuning pucat. Nitrogliserin yang tidak diencerkan sukar larut dalam air; larut dalam metanol,etanol, karbon disulfida, aseton, etil eter, etil asetat, asam asetat glasial, benzena, toluena, nitrobenzena, fenol, kloroform dan metilena klorida.

Keterangan :
Nitrogliserin berbentuk gas yang mudah meledak dan mudah terbakar, berwarna putih atau kuning pucat. Nitrogliserin yang tidak diencerkan sukar larut dalam air; larut dalam metanol,etanol, karbon disulfida, aseton, etil eter, etil asetat.


Indikasi

Pengobatan angina pektoris; bentuk injeksi IV digunakan untuk gagal jantung kongestif (terutama bila disebabkan infark miokard akut); hipertensi pulmoner; emergensi hipertensi selama operasi (terutama selama pembedahan jantung)



Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Untuk mengendalikan tekanan darah selama anestesi; pemberian IV untuk pengobatan gagal jantung akut atau edema paru, angina pektoris akut atau angina tidak stabil, infark miokard akut, hipertensi paru akut; pengobatan hipertensi berat, hipertensi postoperasi, hipertensi perioperative (mis.selama pembedahan jantung), atau emergensi hipertensi: dosis intravenous:

·        Dewasa: Awal, 5 mcg/menit infus IV.,tingkatkan sebanyak 5 mcg/menit IV setiap 3-5 menit  sampai 20 mcg/menit sampai didapat respon klinis; jika tidak ada respon pada 20 mcg/menit,tingkatkan dosis sebesar 10 mcg/menit setiap 3-5 menit sampai 200 mcg/menit.

·       Usila:  Pemberian dosis awal serendah mungkin dan tingkatkan hingga efek klinik tercapai. Usila lebih sensitif terhadap efek hipotensi dan bradikardi dari nitrogliserin.

·        Anak-anak: Dosis Awal, 0.25-0.5 mcg/kg/menit melalui infus IV (intravena), titrasi 1 mcg/kg/ menit pada interval waktu 20-60 menit untuk mendapat efek yang diinginkan. Dosis umum adalah 1-3 mcg/kg/menit, maksimum 5 mcg/kg/menit.



Farmakologi

Onset pemberian nitrogliserin: IV, segera. Durasi aksi pemberian IV : 3-5 menit. Nitrogliserin terdistribusi luas di dalam jaringan dengan persentase sekitar 60%nya terikat protein. Metabolit nitrogliserin, 1,3- dan 1,2-glyceryl dinitrate, tidak seefektif nitrogliserin dan memiliki T½ sekitar 40 menit, dibanding dengan nitrogliserin yang hanya 1-4 menit. Metabolit ini diekskresikan melalui ginjal.


Stabilitas Dalam Penyimpanan
Stabil di dalam D5LR, D51/2NS, D5NS, LR, 1/2NS. Kompatibilitas ketika di campur: Dosis bervariasi dan membutuhkan titrasi, sehingga pencampuran dengan obat lain tidak disarankan. Kompatibel: Alteplase, aminofilin, dobutamin, dopamin, enalaprilat, furosemid, lidokain, verapamil. Incompatible: hidralazin, fenitoin.

Kontraindikasi
·        Hipersensitif terhadap nitrat organik; hipersensitif terhadap isosorbide, nitrogliserin, atau komponen lain dalam sediaan, penggunaan bersama penghambat phosphodiesterase-5 (PDE-5) seperti sildenafil, tadalafil, atau vardenafil; angle-closure glaucoma  (terjadi peningkatan tekanan intraokuler); trauma kepala atau perdarahan serebral (meningkatkan tekanan intrakranial); anemia berat.
·       Kontraindikasi IV: Hipotensi; hipovolemia yang tidak terkoreksi; gangguan sirkulasi serebral; constrictive pericarditis; perikardial tamponade karena obat mengurangi aliran darah balik, mengurangi preload dan mengurangi output jantung sehingga memperparah kondisi ini.
·      Nitrogliserin jangan diberikan pada pasien hipovolemia yang tidak terkoreksi (atau dehidrasi) karena risiko menginduksi hipotensi,gangguan sirkulasi serebral, perikarditis konstriktif, pericardial tamponade.
·        Nitrogliserin harus digunakan hati-hati pada pasien hipotensi atau hipotensi ortostatik karena obat ini dapat memperparah hipotensi, menyebabkan bradikardi paradoksikal, atau memperberat angina.
·        Terapi nitrat dapat memperberat angina karena kardiomiopati hipertropik.
·        Penggunaan nitrogliserin pada awal infark miokar akut perlu pemantauan hemodinamika dan status klinis.
·        Nitrogliserin harus digunakan hati-hati setelah infark miokardiak karena hipotensi dan takikardia dapat memperparah iskemia.


Efek Samping
·       Kardiovaskuler: Hipotensi, hipotensi postural, pallor, kolaps kardiovaskuler, takikardi, syok, kemerahan, edema perifer.
·        SSP: sakit kepala (paling sering), pusing (karena perubahan tekanan darah), tidak bisa tidur.
·        Gastrointestinal: Mual, muntah, diare.
·        Genitourinari: inkontinensia urin.
·        Hematologi: Methemoglobinemia (jarang, bila overdosis).
·        Neuromuskuler & skelet: Lemah/letih.
·        Mata: Pandangan kabur. Insiden hipotensi dan efek yang tidak diharapkan akan meningkat jika digunakan bersama sildenafil (Viagra®).

Interaksi
·   Dengan Obat Lain :  Pemberian bersama dengan alkaloid ergot potensial  dapat menyebabkan vasospasme koroner dan dapat memperberat angina. Alkaloid ergot kontraindikasi pada pasien angina, hipertensi atau penyakit arteri koroner yang mendapatkan terapi nitrogliserin. Penggunaan bersama obat simpatomimetik (dapat meningkatkan tekanan darah dan nadi) seperti norepinefrin, epinefrin, fenilefrin, efedra, atau efedrin, bersifat antagonis efek antiangina dari nitrat. Efek vasodilatasi nitrat dapat menghambat efek adrenergik alfa dari epinefrin sehingga memperberat takikardi dan hipotensi berat. Nitrit dan nitrat merupakan antagonis asetilkolin dan histamin. Sehingga, nitrogliserin dapat mengurangi efek obat ini (mis, asetilkolin, norepinefrin dan histamin dihidroklorid) bila digunakan bersama.


Pengaruh
· Terhadap Kehamilan :  Nitrogliserin diklasifikasikan dalam kategori C pada kehamilan. Meskipun tidak dilakukan penelitian pada manusia, tetapi penelitian pada binatang menunjukkan adanya efek yang tidak diharapkan pada janin. Jadi apabila memutuskan pemberian obat ini pada kehamilan, harus dipertimbangkan keuntungan terhadap ibu dan risikonya terhadap janin.
· Terhadap Ibu Menyusui : Belum diketahui apakah nitrogliserin atau metabolitnya diekskresikan didalam ASI. Karena banyak obat yang diekskresikan didalam ASI, perlu hati-hati jika diberikan pada ibu menyusui.
·   Terhadap Anak-anak :  Keamanan dan efektivitas nitrogliserin pada anak-anak belum diketahui.


Peringatan
Dapat terjadi hipotensi yang berat. Gunakan hati-hati pada hipotensi, hipovolemia, dan infark ventrikel kanan. Selain hipotensi, juga disertai bradikardi paradoksal dan angina pektoris. Dapat juga terjadi hipotensi postural. Dapat terjadi toleransi terhadap nitrat, diperlukan perhitungan dosis yang tepat untuk meminimalkan efek samping ini. Keamanan dan efikasi tidak diketahui bila digunakan pada pasien anak-anak. Hindari penggunaan jangka panjang pada pasien penderita infark miokard akut atau gagal jantung kongestif. Nitrat dapat memperparah angina yang disebabkan oleh kardiomiopati hipertropik. Nitrat dapat memperberat angina yang disebabkan kardiomiopati hipertropik.

Mekanisme Aksi
Bekerja dengan relaksasi otot polos, menghasilkan efek vasodilator pada vena perifer dan arteri, dengan efek paling penting pada vena. Menurunkan kebutuhan oksigen jantung dengan mengurangi preload (ventrikel kiri-tekanan diastolik); serta mengurangi afterload; dilatasi arteri koroner dan memperbaiki aliran kolateral pada daerah iskemik.

Monitoring Penggunaan Obat
Kaji potensial interaksi dengan obat-obat lain yang diminum pasien (mis, heparin, alkaloid ergot, sildenafil, tadalafil, atau vardenafil). Evaluasi efektivitas terapi (status kardiak) dan efek yang tidak diharapkan (mis, hipotensi, aritmia, perubahan SSP, gangguan GI).Dosis harus diturunkan bertahap pada penghentian obat setelah penggunaan jangka waktu lama. Informasikan pada pasien tentang penggunaan obat, kemungkinan efek samping/intervensi (mis, periode bebas obat) dan pelaporan efek yang tidak diharapkan.

  
Literature
·        Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum.
·        Nugroho, A.E. 2013. Farmakologi. Jakarta : Pustaka Pelajar.
·        Universitas Indonesia, FK. 1995. FARMAKOLOGI dan TERAPI Edisi 4. Jakarta : FK UI.
·      Nafu, H.M.S. 2011. Medical Management of Angina Pectoris. https://id.scribd.com/doc/61601638/Jurnal-Angina. 25 januari 2017.

------------------------------------------------------------------------------------------------------

gimana sekarang jadi lebih tahu kan tentang obat nitrogliseryn?
jangan sampe salah konsumsi ya :D
klo ada pertanyaan silahkan masukan di kolom komentar ya..
buat yang suka artikel saya silahkan berlangganan dan g+ nya dulu donk hehe..
jangan bosan membaca dan jangan bosan mampir di blog saya hehe..
sekian dari saya, see you next article :)

Tuesday, January 24, 2017

Laporan Praktikum Kimia Organik II Aldehid & Keton

A. JUDUL PRAKTIKUM : ALDEHID KETON

B. TUJUAN PRAKTIKUM :
    1. Mengidentifikasi adanya gugus aldehid atau keton dalam suatu senyawa organik.
    2. Membedakan antara senyawa aldehid dengan keton.

C. TEORI DASAR PRAKTIKUM
       Aldehid dan keton merupakan suatu senyawa yang mempunyai gugus karbonil. Aldehid mempunyai sedikitnya satu hydrogen yang terikat pada karbo karbonil,sedangkan keton tidak mempunyai hydrogen yang teriakt pada karbonil,hanya karbonyang mengandung gugus R (R adalah alkil/aromatic). Rumus struktur aldehid dan keton yaitu :
                                          ALDEHID                                             KETON
struktur aldehid keton
             Contoh : CH2CHO, Asetaldehid                       Contoh : CH3COCH3, Aseton
      Aldehida merupakan senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen (H). Aldehid memiliki sifat lebih reaktif dari pada alkohol, dapat mengalami beberapa reaksi seperti reaksi adisi dan reaksi oksidasi, aldehid dapat dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami reaksi poli-merisasi. Karakteristik dari aldehid ini yaitu berwujud gas pada suhu kamar dengan bau tidak enak, berwujud cair pada suhu kamar dengan bau sedap, senyawa polar sehinggan titik didihnya tinggi dan tidak berwarna. Struktur dari aldehid yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO, dimana R= adalah alkil dan –CHO adalah Gugus fungsi aldehida.

       Keton merupakan suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil yang terikat pada dua gugus alkil. Keton ini memiliki sifat polar karena gugus karbonilnya polar dan keton lebih mudah menguap daripada alkohol dan asam karboksilat. Karakteristik dari keton ini berupa cairan tak berwarna, umumnya larut dalam air, mempunyai titik didih yang relatif lebih tinggi daripada senyawa non polar dan dapat direduksi oleh gas H2 sehingga menghasilkan alkohol sekunder. Struktur dari gugus keton yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CO-R’, dimana R adalah alkil dan -CO- adalah gugus fungsi keton (karbonil).

       Perbedaan dari aldehid dan keton sendiri antara lain senyawa aldehid mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hydrogen, sedangkan keton yaitu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil yang terikat dengan dua gugus alkil. Aldehid mudah teroksidasi sedangkan keton agak sukar teroksidasi. Aldehid lebih reaktif dibandingkan dengan keton terhadap adisi nukleofilik. Jadi aldehid dan keton dapat dibedakan dengan menggunakan zat pereaksi yang berfungsi sebagai oksidator, dimana keton tidak dapat teroksidasi tetapi aldehid sangat mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat baik oleh zat pengoksidasi kuat seperti kalium permangat dan kalium bikromat maupun zat pengoksidasi lemah seperti reagent tollens. Untuk mengetahui adanya gugus karbonil (aldehid dan keton) dalam suatu senyawa organik dapat digunakan pereaksi 2,4-DNPH. Keton terkonjugasi seperti aseton, sikloheksanon memberikan endapan kuning, sedangkan keton yang terkojugasi seperti benzofenon memberikan endapan orange sampai merah. Reaksi aldehid dengan reagent tollens Ag (NH3) OH akan menghasilkan garam karboksilat dan endapan cermin perak (Ag).

D. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Rak pipet
3. Penangas air
4. Gelas piala
5. Pipet takar

Bahan :
o Zat : Formaldehid, asetaldehid, benzaldehid , aseton, 2- butanon, sikloheksanon , benzofenon
o Pereaksi : 2,4-dinitrofenilhidrazin, pereaksi schiffs, fehling,benedict, tollens A dan tollens B, H2SO4, K2CrO7

E. PRODUSER KERJA

1. Tes 2,4-DNPH (Uji gugus karbonil)
Kedalam masing-masing tabung reaksi kecil masukkan 1 tetes zat (formaldehid, asetaldehid, benzaldehid, aseton, sikloheksanon). Kemudian tambahkan 1 ml pereaksi 2,4-DNPH. Kocok campuran dengan kuat,sebagian besar aldehid dan keton akan memberikan endapan kuning sampai merah dengan segera, walaupun beberapa senyawa membutuhkan waktu 15 menit.

2. Membedakan aldehid dan keton
a. Test fehling
Kedalam masing-masing tabung reaksi kecil masukan 2 tetes zat (formaldehid, asetaldehid, benzaldehid, aseton, sikloheksanon). Kemudian tambahkan 1 ml pereaksi fehling A dan fehling B, panaskan diatas penangas air. Bila terbentuk endapan merah bata dari Cu2O maka senyawa tersebut adalah aldehid, sedangkan keton tidak bereaksi.

b. Test Benedict
Lakukanlah hal yang sama seperti pada test fehling diatas tapi masing-masing gunakan pereaksi benedict.

c. Test Tollens
Kedalam masing-masing tabung reaksi kecil masukkan 2 tetes zat (formaldehid, asetaldehid, benzaldehid, aseton, sikloheksanon). Kemudian tambahkan 1 ml pereaksi tollens, aduk dan panas di penangas air dan amati apa yag terjadi.

d. Test Oksidasi
Kedalam masing-masing tabung reaksi masukkan 1 tetes (formaldehid, benzaldehid, asetaldehid, aseton, sikloheksanon) dan tambahkan beberapa larutan kalium bikromat dan beberapa tetes H2SO4. Test positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna orange ke hijau.

e. Test Schiffs
Kedalam masing-masing tabung reaksi masukkan 2 tetes (formaldehid, benzaldehid, asetaldehid, aseton, sikloheksanon) dan tambahkan kemasing-masing tabung reaksi 2 ml reagen schiffs dan kocok campur dalam suasana dingin dingin. Dan amati apa yang terjadi.


F. HASIL PENGAMATAN

1. Tes 2,4-DNPH (Uji gugus karbonil)
● 1 tetes formaldehid + 1 ml pereaksi 2,4-DNPH , dikocok → Terjadi endapan kuning
● 1 tetes benzaldehid + 1 ml pereaksi 2,4-DNPH, dikocok → Terjadi endapan kuning
● 1 tetes aseton + 1 ml pereaksi 2,4-DNPH, dikocok → Tidak Terjadi endapan kuning
● 1 tetes sikloheksanon + 1 ml pereaksi 2,4-DNPH, dikocok → Terjadi endapan kuning

2. Membedakan aldehid dan keton
a. Tes fehling
● 2 tetes formaldehid + 1 ml Fehling A& B, dipanaskan → Terjadi endapan merah bata ( senyawa aldehid )
● 2 tetes asetaldehid + 1 ml Fehling A& B, dipanaskan → Terjadi endapan merah bata ( senyawa aldehid )
● 2 tetes aseton + 1 ml Fehling A& B, dipanaskan → Tidak Terjadi endapan ( senyawa keton )
● 2 tetes sikloheksanon + 1 ml Fehling A& B, dipanaskan → Tidak Terjadi endapan ( senyawa keton)

b. Tes Benedict
● 2 tetes formaldehid + 1 ml peraksi benedict → Warna biru tidak bereaksi (senyawa keton )
● 2 tetes benzaldehid + 1 ml peraksi benedict → Warna biru tidak bereaksi (senyawa keton )
● 2 tetes aseton + 1 ml peraksi benedict → Warna biru tidak bereaksi (senyawa keton )
● 2 tetes sikloheksanon + 1 ml peraksi benedict → Warna biru tidak bereaksi (senyawa keton )

c. Test Tollens
● 2 tetes formaldehid + 1 ml peraksi tollens, aduk panaskan → Terjadi endapan warna perak
● 2 tetes benzaldehid + 1 ml peraksi tollens, aduk panaskan → Terjadi endapan warna perak
● 2 tetes aseton + 1 ml peraksi tollens, aduk panaskan → Terjadi endapan warna perak
● 2 tetes sikloheksanon + 1 ml peraksi tollens, aduk panaskan → Terjadi endapan warna perak

d.Tes Oksidasi ● 1 tetes formaldehid + beberapa kalium bikromat & H2SO4 (+) terjadi perubahan warna dari orange menjadi hijau
● 1 tetes benzaldehid + beberapa kalium bikromat & H2SO4 (+) terjadi perubahan warna dari orange menjadi hijau
● 1 tetes aseton + beberapa kalium bikromat & H2SO4 (-) tidak terjadi perubahan warna
● 1 tetes sikloheksanon + beberapa kalium bikromat & H2SO4 (+) terjadi perubahn warna dari oren menjadi hijau
d. Tes Schiffs ● 2 tetes formaldehid + 2 ml pereaksi schiffs Tidak terjadi reaksi dan perubahan warna
● 2 tetes benzaldehid + 2 ml pereaksi schiffs Tidak terjadi reaksi dan perubahan warna

● 2 tetes aseton + 2 ml pereaksi schiffs Tidak terjadi reaksi dan perubahan warna
● 2 tetes sikloheksanon + 2 ml pereaksi schiffs Tidak terjadi reaksi dan perubahan warna





G. TUGAS
1. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi lengkap dengan pengamatannya untuk semua percobaan yang dilakukan terhadap sampel anda !
Jawab :
a) Test 2,4 DNPH
- 2,4 DNPH + CHCHO  endapan kuning
- 2,4 DNPH + C6H5CHO  endapan kuning
- 2,4 DNPH + C3H6O  endapan kuning
- 2,4 DNPH + C7H12O  endapan kuning
b) Test Fehling
- 2 CuO (aq) + CHCHO  CHCOOH + Cu2O (endapan merah bata)
- 2 CuO (aq) + C6H5CHO  C6H5COOH + Cu2O (endapan merah bata)
- 2 CuO (aq) + C3H6O  tidak bereaksi
- 2 CuO (aq) + C7H12O  tidak bereaksi
c) Test Benedict
- 2 Cu2+ + 5 OH + CHCHO  tidak bereaksi
- 2 Cu2+ + 5 OH + C6H5CHO  tidak bereaksi
- 2 Cu2+ + 5 OH + C3H6O  tidak bereaksi
- 2 Cu2+ + 5 OH + C7H12O  tidak bereaksi
d) Test tollens
- Ag2O (aq) + CHCHO  CHCOOH + 2 Ag (lapisan cermin perak)
- Ag2O (aq) + C6H5CHO  C6H5COOH + 2 Ag (lapisan cermin perak)
- Ag2O (aq) + C3H6O  tidak bereaksi
- Ag2O (aq) + C7H12O  tidak bereaksi
e) Test Oksidasi
- K2Cr2O7 + H2SO4 + CHCHO  CHCOOH + Cr2 (SO4)3 (warna hijau)
- K2Cr2O7 + H2SO4 + C6H5CHO  C6H5COOH + Cr2 (SO4)3 (berwarna hijau)
- K2Cr2O7 + H2SO4 + C3H6O  tidak menimbulkan reaksi
- K2Cr2O7 + H2SO4 + C7H12O  tidak menimbulkan reaksi
f) Test schiff
- Schiff + CHCHO  tidak bereaksi
- Schiff + C6H5CHO  warna biru
- Schiff + C3H6O  tidak bereaksi
- Schiff + C7H12O  warna biru

2. Kenapa keton tidak dioksidasi ? jelaskan jawaban anda !
Jawab : keton tidak dapat dioksidasi karena strukturnya yang R-COR’ yang mana atom O terletak ditengah molekul alkil atau arilnya dan berikatan rangkap dengan atom C sehingga terdapat halangan sterik untuk dapat dioksidasi (sukar dioksidasi) hal ini berbeda dengan aldehid yang reaktif karena gugus CHO terdapat di ujung sehingga halangan steriknya lemah.

3. Apa tujuan test schiff ? jelaskan !
Jawab : test Schiff bertujuan untuk membedakan gugus siklik atau aromatic pada aldehid dan keton dengan hasil reaksi biru dengan gugus alifatik (terbuka)

H. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini adalah mengidentifikasi kandungan aldehid dan keton dalam sampel dengan menggunakan metode uji gugus karbonil, test fehling, test benedict, test tollens, test oksidasi, test shiffs.
Percobaan menggunakan uji gugus karbonil, pada larutan formaldehid, benzaldehid dan sikloheksanon terjadi endapan kuning dengan segera, sedangkan aseton tidak terjadi endapan tetapi warna larutan kuning, mungkin aseton membutuhkan waktu lebih lama untuk membentuk endapan.
Pada percobaan test fehling, formaldehid dan benzaldehid terjadi endapan berwarna merah bata, sedangkan aseton dan sikloheksanon tidak terjadi reaksi. Pada percobaan test benedict, semua larutan sampel tidak terjadi reaksi dan warna larutan biru. Pada percobaan test tollens, semua larutan sampel terjadi endapan warna perak. Pada percobaan test oksidasi, larutan formaldehid, benzaldehid dan sikloheksanon terjadi perubahan warna dari orange menjadi hijau, sedangkan aseton tidak terjadi reaksi. Pada percobaan test shiffs, larutan formaldehid, aseton dan sikloheksanon terbentuk larutan berwarna ungu, sedangkan pada benzaldehid terbentuk larutan berwarna biru.


I. KESIMPULAN
• Formaldehid merupakan senyawa aldehid
• Benzaldehid merupakan senyawa aldehid
• Aseton merupakan senyawa keton
• Sikloheksanon merupakan senyawa keton


J. DAFTAR PUSTAKA
Fessenden and Fessenden.1986.Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid Kedua.Jakarta: Erlangga.
Redjeki,Tri.1999.Kimia Dasar II.Surakarta: UNS Press.
Hart. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Petrucci,R. H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.Jakarta: Erlangga.